Perbedaan keyakinan antara Sunni dan Syiah sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, perbedaan ini bisa dibilang sebagai salah satu perbedaan keyakinan paling kompleks dalam Islam. Namun, pada suatu waktu, Ibnu Al-Jauzi memberikan jawaban yang sangat diplomatis saat ditanya tentang perbedaan Sunni-Syiah.
Siapa Ibnu Al-Jauzi?
Sebelum membahas lebih lanjut tentang jawaban Ibnu Al-Jauzi, mari mengenal terlebih dahulu siapa beliau. Ibnu Al-Jauzi adalah seorang ulama besar dari abad ke-12 yang berasal dari Damaskus, Suriah. Beliau dikenal sebagai seorang ahli hadis dan sejarah Islam, serta telah menulis banyak buku tentang topik-topik tersebut.
Perbedaan Sunni-Syiah
Sebelum membahas jawaban Ibnu Al-Jauzi, kita perlu memahami terlebih dahulu perbedaan antara Sunni dan Syiah. Perbedaan ini bermula dari perbedaan dalam pemilihan khalifah setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Para pengikut Nabi Muhammad SAW kemudian memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Namun, ada sekelompok orang yang merasa bahwa khalifah pertama seharusnya adalah Ali, sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai Syiah.
Sementara itu, para pengikut Abu Bakar kemudian dikenal sebagai Sunni. Perbedaan ini kemudian semakin kompleks karena masing-masing kelompok memiliki pandangan yang berbeda dalam hal akidah, hukum, dan praktik ibadah.
Jawaban Diplomatis Ibnu Al-Jauzi
Pada suatu waktu, Ibnu Al-Jauzi ditanya tentang perbedaan antara Sunni dan Syiah. Beliau kemudian memberikan jawaban yang sangat diplomatis, yaitu:
“Kami semua berasal dari satu ayah dan satu ibu, yaitu Adam dan Hawa. Oleh karena itu, kita semua adalah saudara. Perbedaan kita hanya dalam masalah ijtihad, dan ijtihad bisa jadi benar atau salah.”
Dengan jawaban tersebut, Ibnu Al-Jauzi berhasil menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan dalam hal pemahaman dan praktik keagamaan, namun kita semua tetap bersaudara dan harus saling menghormati.
Pesan Moral dari Jawaban Ibnu Al-Jauzi
Jawaban Ibnu Al-Jauzi sangat relevan dengan situasi saat ini, di mana perbedaan keyakinan seringkali menjadi sumber konflik dan permusuhan. Pesan moral dari jawaban beliau adalah bahwa kita harus bisa menghargai perbedaan dan tetap menjaga persaudaraan sebagai umat Islam.
Meskipun kita memiliki perbedaan dalam hal pemahaman dan praktik keagamaan, namun kita semua berada dalam bingkai Islam yang sama. Oleh karena itu, kita harus saling menghormati dan memperlakukan sesama umat Islam dengan baik.
Kesimpulan
Perbedaan Sunni-Syiah memang menjadi salah satu perbedaan keyakinan paling kompleks dalam Islam. Namun, dengan jawaban diplomatis Ibnu Al-Jauzi, kita bisa belajar untuk menghargai perbedaan dan tetap menjaga persaudaraan sebagai umat Islam. Mari kita bersama-sama membangun persatuan dan kesatuan dalam bingkai Islam yang sama.