Kalamullah adalah istilah yang sering digunakan dalam dunia Islam untuk mengacu pada firman Allah yang tertulis dalam Al-Quran. Namun, pandangan tentang kalamullah tidak selalu sama di antara para ulama dan aliran kalam dalam Islam. Berikut adalah penjelasan tentang kalamullah menurut aliran kalam:
1. Kalamullah Menurut Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah memandang bahwa kalamullah adalah ciptaan Allah yang sama sekali berbeda dengan Al-Quran sebagai kitab suci yang diturunkan dari-Nya. Menurut Mu’tazilah, kalamullah bersifat abadi dan tidak tergantung pada waktu dan tempat, sedangkan Al-Quran bersifat temporal dan diturunkan dalam bahasa Arab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Arab pada saat itu.
Sebagai ciptaan Allah, kalamullah juga dianggap memiliki sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat Allah, seperti keabadian, ketidakberawanan, dan ketiadaan materi. Namun, Mu’tazilah menolak pandangan bahwa kalamullah adalah bagian dari zat Allah atau bahwa Al-Quran adalah zat Allah yang diturunkan ke bumi.
2. Kalamullah Menurut Aliran Asy’ariyah
Aliran Asy’ariyah memandang bahwa kalamullah adalah bagian dari zat Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Menurut Asy’ariyah, kalamullah bukanlah ciptaan Allah seperti yang dipahami oleh Mu’tazilah, tetapi merupakan bagian dari zat-Nya yang tidak dapat dipisahkan.
Sebagai bagian dari zat Allah, kalamullah juga memiliki sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat Allah, seperti keabadian, ketidakberawanan, dan ketiadaan materi. Namun, Asy’ariyah menolak pandangan bahwa Al-Quran adalah zat Allah yang diturunkan ke bumi, karena Al-Quran memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat Allah yang lain.
3. Kalamullah Menurut Aliran Maturidiyah
Aliran Maturidiyah memandang bahwa kalamullah adalah bagian dari zat Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, sama seperti yang dipahami oleh Asy’ariyah. Namun, Maturidiyah menekankan bahwa Al-Quran adalah zat Allah yang diturunkan ke bumi dan bukan sekadar kalamullah yang diucapkan oleh Nabi Muhammad.
Sebagai bagian dari zat Allah, kalamullah juga memiliki sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat Allah, seperti keabadian, ketidakberawanan, dan ketiadaan materi. Namun, Maturidiyah menolak pandangan bahwa Al-Quran hanyalah kalamullah yang diucapkan oleh Nabi Muhammad, karena Al-Quran memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan kalamullah yang lain.
4. Kalamullah Menurut Aliran Sufi
Aliran Sufi memandang bahwa kalamullah adalah pengalaman langsung dengan Allah yang dialami oleh para sufi melalui meditasi dan dzikir. Menurut Sufi, kalamullah bukanlah sekadar kata-kata yang diucapkan oleh Nabi Muhammad atau tertulis dalam Al-Quran, tetapi merupakan pengalaman spiritual yang terjadi dalam diri seseorang.
Sebagai pengalaman spiritual, kalamullah juga memiliki sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat Allah, seperti keabadian, ketidakberawanan, dan ketiadaan materi. Namun, Sufi menolak pandangan bahwa kalamullah hanya dapat diakses melalui Al-Quran atau pengajaran agama, karena pengalaman spiritual dapat terjadi dalam banyak bentuk dan di banyak tempat.
5. Kesimpulan
Dalam Islam, kalamullah adalah istilah yang merujuk pada firman Allah yang tertulis dalam Al-Quran. Namun, pandangan tentang kalamullah tidak selalu sama di antara para ulama dan aliran kalam dalam Islam. Mu’tazilah memandang bahwa kalamullah adalah ciptaan Allah yang bersifat abadi, sedangkan Asy’ariyah dan Maturidiyah memandang bahwa kalamullah adalah bagian dari zat Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Sufi memandang bahwa kalamullah adalah pengalaman spiritual yang dapat dialami oleh siapa saja di mana saja.
Bagaimanapun, pandangan tentang kalamullah tidak mengubah esensi dari ajaran Islam yang mengajarkan tentang keesaan Allah dan kewajiban manusia untuk beribadah kepada-Nya. Sebagai umat Islam, kita harus memahami dan menghormati pandangan yang berbeda-beda tentang kalamullah dan terus mengembangkan pemahaman kita tentang ajaran Islam.